Banyak Pro Dan Kontra Yang Datang Dari Pemilihan Capres Dan Cawapres Di Tahun 2024 Ini

2024, adalah tahun politik yang sangat ramai sekali. Bisa dibilang untuk politik tahun ini memang sangatlah panas ya. Sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Mengingat untuk ketiga paslon ini memang memiliki cerita di baliknya. Dan seperti yang kalian tahu, banyak sekali pro dan kontra dari pemilihan tahun ini yang dimana akan diadakan pada tanggal 14 februari 2024 yang bertepatan dengan hari kasih sayang. Dan ada juga isu soal dinasti-dinasti di pemilihan ini. 

Banyak Pro Dan Kontra Yang Datang Dari Pemilihan Capres Dan Cawapres Di Tahun 2024 Ini

Mengingat untuk calon no 2, calon wakil presidennya merupakan anak sulung dari presiden kita Pak Jokowidodo. Sehingga banyak yang mengatakan ini digunakan untuk membangun dinasti dalam pemerintahan Indonesia. Dan ini membuat banyak sekali pro dan kontra di masyarakat. Seperti yang sudah kalian saksikan di debat capres dan debat cawapres yang sudah-sudah. Para peserta calon capres dan cawapres lainnya saling singgung menyinggung mengenai hal tersebut. Dan mengingat dalam pengangkatan cawapres no 2 melewati berbagai drama.

Seperti melawan UU yang ada. Sampai harus melewati pengesahan UU yang baru. Sampai banyak yang bilang susah kalau memiliki orang dalam, maka pemilihannya tidak bersih. Dan untuk capres cawapres no 1, juga banyak yang memberikan sarcasm. Karena melihat janji-janji yang mereka berikan banyak yang tidak masuk di akal. Dan banyak apa yang mereka janjikan bertolak belakang dengan apa yang mereka jalankan dan katakan sebelum-sebelumnya. Sehingga banyak yang meragukan. 

Dan untuk peserta no 3, banyak yang mempertanyakan soal mereka. Ada cukup banyak yang suka dengan pasangan no 3, mengingat sebagai capres dan cawapres, mereka sudah memiliki jejak yang jelas, dan kinerja mereka selama ini dinilai bagus dan baik. Dan tidak diragukan jika nantinya mereka menjadi pemimpin untuk Indonesia. Tapi banyak pihak yang menyayangkan partai dekingan dari no 3 ini. Karena banyak yang mengatakan, kalau mereka terpilih, mereka hanya menjadi boneka dari partai yang ada di belakang mereka.